Hackers: Outlaws and Angels, dua sisi keuntungan dan kerugian teknologi, pemutaran film
Pada hari selasa, 18 Desember 2018, kami menonton film dokumenter yang mengulas tentang isu-isu Network Security di kelas Komputer Masyarakat.
Film ini adalah dokumentasi dari kisah-kisah Hacker di berbagai belahan dunia. Hacker adalah seorang pakar di bidang jaringan yang dapat menyusup ke dalam sistem orang lain. Hacker sering diidentifikasikan sebagai sesuatu yang negatif, namun dalam film ini ditunjukkan bahwa anggapan tersebut tidak selalu benar.
Di dunia ini terdapat dua jenis hacker, yaitu hacker yang tidak memiliki tujuan jahat dan tidak menggunakan kemampuannya untuk merugikan orang lain (disebut White Hat) serta hacker yang beritikad jelek dan bersifat merusak/merugikan (disebut Black Hat). Dalam film ini bahkan dibedakan antara istilah Hacker dan Cracker, dimana sebutan Hacker mengacu pada White Hat yang tidak merugikan sedangkan istilah Cracker ditujukan bagi Black Hat yang cenderung demikian.
Terdapat beberapa tokoh dalam film ini, di antaranya adalah seorang White Hat, Dennis Treece yang menceritakan tentang proteksi security di empat benua selama 24 jam dimana banyak hacker yang melakukan hacking terhadap berbagai perusahaan di seluruh dunia.
Berikutnya diceritakan kisah seorang Black Hat yang menyusup ke dalam system perusahaan telepon AT&T untuk mengubah jumlah tagihan telepon selama 12 jam agar tiap orang dalam menikmati telepon murah. Black Hat lain yang dikisahkan dalam film ini adalah Cold Fire yang melakukan hacking pada perusahan handphone.
Pengamanan jaringan suatu instansi/perusahaan kurang berarti tanpa adanya sekelompok orang independen yang dapat mengetes keamanan jaringan instansi tersebut. Oleh karena itu, timbukkah suatu profesi baru yang ETHICAL HACKER dimana sekelompok hacker disewa untuk melakukan hacking pada system perusahaan dengan tujuan mengetahui serta memperbaiki “lubang” dalam system kemananan perusahaan tersebut. Sebagaimana quote favorit saya dalam film ini yaitu “Hire a thief if you want to know how to thieve, not a cop.”
Dalam film ini dibentuk Tim Tiger sebagai ethical hacker. Tim Tiger melakukan banyak hal untuk mendapatkan password login karyawan perusahaan, beberapa di antaranya bahkan tidak terpikirkan sebelumnya, yaitu menelepon karyawan dan meminta password mereka dengan mengaku sebagai Administrator perusahaan. Hal seperti ini hanya dapat diatasi dengan Social Engineering untuk memperkuat “users” sebagai mata rantai terlemah dari suatu sistem keamanan jaringan.
Selain itu, untuk memperkuat dan meningkatkan kemampuan staf IT perusahaan, harus dilakukan “transfer wawasan” dari Black Hat ke White Hat. Oleh karena itu para White Hat mengikuti Sekolah Hacking yang dibukan oleh para Black Hat.
Film ini juga menceritakan beberapa kasus besar Hacking seperti serangan infrastruktur internet pada Pearl Harbor Electronic serta kebocoran informasi perang seperti data pesawat Stealth Bomber. Perang Hacker juga sempat terjadi di antara China dan Amerika, dimana China melepas Code Red Worm kepada sistem pertahanan Amerika.
Kesulitan melacak pelaku kejahatan IT adalah adanya kemampuan para hacker untuk mem-break IP Address sehingga rantai lompatan hacker sulit dilacak dan lokasi asli pelaku menjadi abstrak.
Lubang-lubang dalam sistem keamanan jaringan semakin melebar dengan semakin berkembangnya komunikasi wireless. Dalam film ini diceritakan tentang teknologi Wardrive yaitu dengan alat yang dapat mendeteksi jaringan-jaringan nirkabel yang lemah hanya dengan melewatinya.
Menurut pendapat saya, kemajuan teknologi selalu membawa dua sisi, postif dan negatif. Begitu juga dengan kemampuan orang-orang dalam memanfaatkan teknologi, bagaikan pisau bermata dua, dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang baik serta dapat juga digunakan untuk kejahatan.
Black Hat tidak mungkin dilenyapkan, tetapi White Hat bisa menanggulanginya dengan mengembangkan diri dengan belajar terus-menerus, bahkan belajar dari para Black Hat. Ethical Hacker adalah salah satu solusi untuk mengatasi Black Hat, dimana kemampuan mereka dapat digunakan untuk sesuatu yang baik dan mendatangkan uang, sehingga mereka tidak perlu melakukan kejahatan demi uang.
Indonesia sebagai salah satu Negara yang kegiatan hackingnya sangat aktif (disebut-sebut dalam film ini) harus segera membentuk Cyberlaw yang tegas serta supremasi hukum dunia maya yang jelas. Hal ini bisa dicapai dengan adanya tim/badan pemerintah yang bertugas untuk memonitor kegiatan hacker di seluruh Negara. Tim harus dilengkapi teknologi untuk melacak kegiatan hacker serta staf-staf ahli jaringan yang memadai. Para Black Hat harus ditemukan dan ditindak, misalnya dengan diberi penyuluhan, dipekerjakan sebagai Ethical Hacker, atau dihukum pidana apabila tetap bersikeras melakukan kejahatan.
Film ini adalah dokumentasi dari kisah-kisah Hacker di berbagai belahan dunia. Hacker adalah seorang pakar di bidang jaringan yang dapat menyusup ke dalam sistem orang lain. Hacker sering diidentifikasikan sebagai sesuatu yang negatif, namun dalam film ini ditunjukkan bahwa anggapan tersebut tidak selalu benar.
Di dunia ini terdapat dua jenis hacker, yaitu hacker yang tidak memiliki tujuan jahat dan tidak menggunakan kemampuannya untuk merugikan orang lain (disebut White Hat) serta hacker yang beritikad jelek dan bersifat merusak/merugikan (disebut Black Hat). Dalam film ini bahkan dibedakan antara istilah Hacker dan Cracker, dimana sebutan Hacker mengacu pada White Hat yang tidak merugikan sedangkan istilah Cracker ditujukan bagi Black Hat yang cenderung demikian.
Terdapat beberapa tokoh dalam film ini, di antaranya adalah seorang White Hat, Dennis Treece yang menceritakan tentang proteksi security di empat benua selama 24 jam dimana banyak hacker yang melakukan hacking terhadap berbagai perusahaan di seluruh dunia.
Berikutnya diceritakan kisah seorang Black Hat yang menyusup ke dalam system perusahaan telepon AT&T untuk mengubah jumlah tagihan telepon selama 12 jam agar tiap orang dalam menikmati telepon murah. Black Hat lain yang dikisahkan dalam film ini adalah Cold Fire yang melakukan hacking pada perusahan handphone.
Pengamanan jaringan suatu instansi/perusahaan kurang berarti tanpa adanya sekelompok orang independen yang dapat mengetes keamanan jaringan instansi tersebut. Oleh karena itu, timbukkah suatu profesi baru yang ETHICAL HACKER dimana sekelompok hacker disewa untuk melakukan hacking pada system perusahaan dengan tujuan mengetahui serta memperbaiki “lubang” dalam system kemananan perusahaan tersebut. Sebagaimana quote favorit saya dalam film ini yaitu “Hire a thief if you want to know how to thieve, not a cop.”
Dalam film ini dibentuk Tim Tiger sebagai ethical hacker. Tim Tiger melakukan banyak hal untuk mendapatkan password login karyawan perusahaan, beberapa di antaranya bahkan tidak terpikirkan sebelumnya, yaitu menelepon karyawan dan meminta password mereka dengan mengaku sebagai Administrator perusahaan. Hal seperti ini hanya dapat diatasi dengan Social Engineering untuk memperkuat “users” sebagai mata rantai terlemah dari suatu sistem keamanan jaringan.
Selain itu, untuk memperkuat dan meningkatkan kemampuan staf IT perusahaan, harus dilakukan “transfer wawasan” dari Black Hat ke White Hat. Oleh karena itu para White Hat mengikuti Sekolah Hacking yang dibukan oleh para Black Hat.
Film ini juga menceritakan beberapa kasus besar Hacking seperti serangan infrastruktur internet pada Pearl Harbor Electronic serta kebocoran informasi perang seperti data pesawat Stealth Bomber. Perang Hacker juga sempat terjadi di antara China dan Amerika, dimana China melepas Code Red Worm kepada sistem pertahanan Amerika.
Kesulitan melacak pelaku kejahatan IT adalah adanya kemampuan para hacker untuk mem-break IP Address sehingga rantai lompatan hacker sulit dilacak dan lokasi asli pelaku menjadi abstrak.
Lubang-lubang dalam sistem keamanan jaringan semakin melebar dengan semakin berkembangnya komunikasi wireless. Dalam film ini diceritakan tentang teknologi Wardrive yaitu dengan alat yang dapat mendeteksi jaringan-jaringan nirkabel yang lemah hanya dengan melewatinya.
Menurut pendapat saya, kemajuan teknologi selalu membawa dua sisi, postif dan negatif. Begitu juga dengan kemampuan orang-orang dalam memanfaatkan teknologi, bagaikan pisau bermata dua, dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang baik serta dapat juga digunakan untuk kejahatan.
Black Hat tidak mungkin dilenyapkan, tetapi White Hat bisa menanggulanginya dengan mengembangkan diri dengan belajar terus-menerus, bahkan belajar dari para Black Hat. Ethical Hacker adalah salah satu solusi untuk mengatasi Black Hat, dimana kemampuan mereka dapat digunakan untuk sesuatu yang baik dan mendatangkan uang, sehingga mereka tidak perlu melakukan kejahatan demi uang.
Indonesia sebagai salah satu Negara yang kegiatan hackingnya sangat aktif (disebut-sebut dalam film ini) harus segera membentuk Cyberlaw yang tegas serta supremasi hukum dunia maya yang jelas. Hal ini bisa dicapai dengan adanya tim/badan pemerintah yang bertugas untuk memonitor kegiatan hacker di seluruh Negara. Tim harus dilengkapi teknologi untuk melacak kegiatan hacker serta staf-staf ahli jaringan yang memadai. Para Black Hat harus ditemukan dan ditindak, misalnya dengan diberi penyuluhan, dipekerjakan sebagai Ethical Hacker, atau dihukum pidana apabila tetap bersikeras melakukan kejahatan.
Hackers: Outlaws and Angels, dua sisi keuntungan dan kerugian teknologi, pemutaran film
Reviewed by Have
on
Desember 25, 2018
Rating:
Tidak ada komentar